Sabtu, 30 Mei 2009

MENYELAMATKAN SEMUT KECIL, PERBUATAN YANG SANGAT MULIA

Cerita diambil dari buku:

Hati, Diri dan Jiwa. Psikologi Sufi untuk Transformasi.Robert Frager

Dahulu kala, ibu sultan dikenal sebagai seorang dermawan. Ia menanam pohon-pohon sebagai tempat berteduh bagi penduduk Istambul di kala musim panas. Ia juga membiayai jaringan sumur sehingga para penduduk dapat memperoleh air dengan lebih mudah. Ia membangun mesjid, sekolah, juga rumah sakit, yang ia bantu dengan lahan yang menghasilkan pemasukan. Sehingga, semua itu dapat berfungsi selama-lamanya.

Ketika rumah sakit tersebut sedang dibangun, ia mengunjungi lokasinya. Di sana ia melihat seekor semut jatuh kedalam beton yang masih basah. Ia memutuskan bahwa tak ada satu ciptaan pun yang boleh menderita akibat tindakan dermanya. Ia menancapkan payung buatan Prancis miliknya yang mahal kedalam beton tersebut, kemudian mengangkat keluar semut tersebut.

Beberapa tahun kemudian, pada malam kematiannya, beberapa teman dekatnya bermimpi tentang dirinya. Ia tampak muda dan berseri-seri. Dan ketika ia ditanya apakah ia masuk surga karena seluruh dermanya, ia menjawab, “Tidak, keadaan yang kualami sekarang adalah semata-mata karena seekor semut yang kecil.”

Kamis, 28 Mei 2009

SEBUAH JAM DI GURUN SAHARA

jam-kecil.jpgAndaikan engkau berkenala di gurun dan menemukan sebuah jam tergeletak di pasir. Apakah yang akan engkau simpulkan? Apakah engkau berpikir bahwa jam ini terjatuh dari kantung seseorang? Atau engkau berpikir bahwa jam ini hadir di tempat ini dengan sendirinya?

Tentu saja setiap orang yang waras tidak akan mengatakan bahwa jam ini terbentuk dengan sendirinya. Suku cadang di dalam jam tidak mungkin terbentuk dengan sendirinya dari logam yang terkubur di dalam pasir. Jam tersebut haruslah ada penciptanya.

Jika sebuah jam mampu menunjukkan waktu dengan akurat, kita pasti mengira bahwa penciptanya sungguh cakap.

***

800px-sunrise-daytona-beach-fl_small.jpg

Hal lain apakah yang dapat menunjukkan ketepatan waktu? Pertimbangkan mengenai matahari terbit dan matahari tenggelam. Ketepatan waktu mereka begitu teratur sehingga para ilmuwan dapat memajang kapan waktu matahari terbit dan kapan waktu matahari tenggelam dengan keakuratan yang tinggi. Tetapi siapa yang mengatur kapan matahari terbit dan kapan matahari tenggelam? Jika sebuah jam tidak bisa bekerja tanpa ada penciptanya yang cakap, bagaimana mungkin matahari bisa terbit dengan waktu yang teratur? Bisakah ini terjadi dengan sendirinya?

***

Foto asli Matahari

matahari_small.jpg

Pertimbangkan juga bahwa kita dapat mengambil manfaat dari matahari karena ia berada pada jarak yang aman dari bumi, jarak yang rata-ratanya berkisar 143 juta km dari bumi. Jika matahari terlalu dekat ia akan membakar bumi, dan jika matahari terlalu jauh, bumi akan berubah menjadi planet es yang tidak akan mungkin untuk ditempati oleh manusia. Siapakah yang memutuskan untuk mengatur jarak aman ini? Bisakah ia terjadi dengan kebetulan?

Tanpa matahari, tumbuh-tumbuhan tidak akan hidup. Lalu binatang dan manusia akan kelaparan. Mataharikah yang memutuskan untuk hadir di sana bagi kita?

***

atas_small.jpg

Pancaran sinar matahari akan berbahaya bagi kita jika tidak ada lapisan pelindung ozon di atmosfer. Atmosfer yang mengelilingi bumi menjaga agar pancaran sinar ultraviolet tidak sampai kepada kita. Siapakah yang meletakkan lapisan pelindung yang mengelilingi kita tersebut?

Kita membutuhkan matahari. Kita membutuhkan energi dan cahayanya untuk melihat di siang hari. Tetapi kita juga membutuhkan matahari terbenam. Kita juga butuh istirahat dari cahaya matahari, kita butuh kehangatan malam dan kita butuh gelapnya malam agar kita dapat tidur. Siapakah yang mengatur proses ini untuk menyediakan kebutuhan kita?

Lebih jauh, kita menginginkan keindahan lebih dari sekedar matahari dan pelindung atmosfer. Pakaian kita memberikan kehangatan dan perlindungan, sehingga kita merancangnya agar terlihat indah. Mengetahui keindahan sebagai kebutuhan, Sang Perancang matahari terbit dan matahari tenggelam juga merancang pemandangan keduanya begitu menakjubkan.

Sang Pencipta yang memberikan kita cahaya, energi, perlindungan dan keindahan membuat manusia selayaknya bersyukur. Namun, tetap beberapa manusia yakin bahwa Tuhan tidak ada. Apakah yang mereka pikirkan jika mereka menemukan sebuah jam di padang pasir? Sebuah jam yang bekerja secara akurat? Sebuah jam yang dirancang dengan begitu indah? Apakah mereka akan menyimpulkan bahwa pencipta jam tersebut tidak ada?